STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN

BAB I
PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
Tidak bisa dipungkiri, dewasa ini media telah menjadi bagian dari kehidupan kita. Di negara maju, media mempengaruhi sepanjang waktu hidup seseorang. Bahkan seorang insinyur ternama Amerika Serikat, B. Fuller mengatakan bahwa media telah menjadi “ Orang tua ketiga ” bagi anak (guru adalah orang tua). Meskipun perkembangannya di indonesia belum mencapai taraf seperti itu, namun kecenderungan ke arah itu sudah mulai tampak. Dalam dunia pendidikan dan pembelajaran, peranan media juga tidak bisa diabaikan.
Sebagai salah satu komponen pembelajaran, media tidak bisa luput dari pembahasan sistem pelajaran secara menyeluruh. Pemanfaatan media seharusnya merupakan bagian yang harus mendapatkan perhatian guru dalam setiap kegiatan pembelajaran. Naum kenyataannya bagian inilah yang masih sering terabaikan dengan berbagai alasan. Alasan yang sering muncul antara lain: terbatasnya waktu untuk membuat persiapan mengajar, sulit mencari media yang tepat, tidak tersedianya beaya, dll. Hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi jika setiap guru telah membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan dalam hal media pembelaaajaran. Sesungguhnya betapa banyak jenis media yang dipilih, dikembangkan dan dimanfaatkan sesuai dengan kondisi waktu, biaya maupun tujuan pembelajaran yang dikehendaki. Setiap jenis media memiliki karakteristik tertentu yang perlu kita pahami, sehingga kita dapat memilih media yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada di lapangan.
1. Kompetansi
Setelah mempelajari makalah ini, diharapkan Anda akan dapat :
• Mendeskripsikan kaitan antara pelajar, sumber belajar dan media belajar
• Menjelaskan pengertian media pembelajaran dan perkembangannya.
• Menjelaskan manfaat media pembelajaran
• Mengklasifikasikan jenis-jenis media berserta contoh masing-masing
• Menjelaskan karakteristik beberapa jenis media
• Memilih jenis media yang tetap untuk topik dan tujuan pembelajaran tertentu
• Memanfaatkan beberapa program media dalam pembeajaran secara benar

BAB II
MEDIA PEMBELAJARAN
A. Belajar dan Sumber Belajar

1. Hakekat Belajar dan Sumber Belajar
Istilah belajar sudah terlalu akrab dengan kehidupan sehari-hari. Di masyarakat, kita sering menjumpai penggunaan istilah belajar seperti : belajar membaca, belajar bernyanyi, belajar berbicara, belajar matematika. Masih banyak agggi penggunaan istilah, bahkan bahkan termasuk kegiatan belajar yang sifatnya lebih umum dan tak mudah diamati, seperti : belajar hidup mandiri, belajar menghargai waktu, belajar berumah tangga, belajar bermasyarakat, belajar mengendalikan diri, dan jenisnya.
Kalangan awampun mengetahui makna sebagai istilah belajar tersebut. Sebagai seorang guru, Anda tidak cukup hanya memahami makna belajar sebagaimana masyarakat awam. Mengapa? Karena memang tugas utama Anda sebagai guru adalah membuat orang belajar. Jadi, apa sebenarnya belajar itu?
Belajar, merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang tanpa mengenal batas usia, dan berlangsung seumur hidup. Belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk merubah perilakunya. Dengan demikian, hasil dari kegiatan belajar adalah berupa perubahan perilaku yang relatif permanen pada diri orang yang belajar.
Ketika Anda menjelaskan pelajaran di depan kelas misalnya, memang terjadi kegiatan mengajar. Tetapi, dalam kegiatan itu tak ada jaminan telah terjadi kegiatan belajar pada setiap siswa yang Anda ajar. Kegiatan mengajar dikatakan berhasil hanya apabila dapat mengakibatkan/menghasilkan kegiatan belajar pada diri siswa. Jadi, sebenarnya hakekat guru mengajar adalah usaha guru untuk membuat siswa belajar. Dengan kata lain, mengajar merupakan upaya menciptakan kondisi agar terjadi kegiatan belajar. Istilah pembelajaran lebih menggambarkan usaha guru untuk membuat belajar para siswanya. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan kegiatan belajar pada para siswanya.
Kegiatan belajar hanya bisa berhasil jika si belajar secara aktif mengalami sendiri proses belajar. Seorang guru tidak dapat “mewakili” belajar untuk siswanya. Seorang siswa belum dapat dikatakan telah belajar hanya karena ia sedang berada dalam satu ruangan dengan guru yang sedang mengajar.
Pada hakekatnya, alam semesta ini merupakan sumber belajar bagi manusia sepanjang massa. Jika anda sependapat dengan asumsi ini, maka pengertian sumber belajar merupakan konsep yang sangat luas meliputi segala yang ada di jagad raya ini.
Menurut Asosiasi Teknologi Komunikasi Pendidikan (AECT), sumber belajar adalah semua sumber (baik berupa data, orang atau benda) yang dapat digunakan untuk memberi fasilitas (kemudahan) belajar bagi siswa. Sumber belajar itu meliputi pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan lingkungan/latar.
Pesan, adalah ajaran atau informasi yang akan disampaikan oleh komponen belajar lain yang dapat berupa ide, fakta, ajaran, nilai dan data. Dalam sistem persekolahan, maka pesan ini berupa seluruh mata pelajaran yang disampaikan kepada siswa.
Orang adalah manusia yang berperan sebagai pencari, penyimpan, pengolah dan penyaji pesan. Contohnya : guru, dosen, pustakawan, petugas laboratorium, instruktur, widyaiswara, pelatih olah raga, tenaga ahli dan masih banyak lagi, bahkan termasuk siswa itu sendiri.
Bahan, merupakan perangkat lunak (software) yang mengandung pesan belajar, yang biasanya disajikan menggunakan peralatan tertentu contohnya : buku teks, modul, transparansi (OHT), kaset program audio, kaset program video, program slide, film, program CAI dll.
Alat, adalah perangkat keras (hardware) yang digunakan untuk menyajikan pesan yang tersimpan dalam bahan. Contohnya : OHP, tape recorder, video recorder, video player, proyektor slide, proyektor film, komputer.
Teknik, yaitu prosedur atau langkah-langkah tertentu yang disiapkan dalam menggunakan bahan, alat, lingkungan dan orang untuk menyampaikan pesan. Misalnya: demonstrasi, diskusi, praktikum, pembelajaran mandiri, sistem pendidikan terbuka / jarak jauh, tutorial tatap muka, dll.
Ditinjau dari tipe atau asal usulnya, sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua :
1. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yaitu sumber belajar yang memang sengaja dibuat untuk tujuan pembelajaran. Sumber belajar semacam ini sering disebut bahan pembelajaran. Contohnya adalah : buku pelajaran, modul, program audio, program slide suara, transparansi (OHT).
2. Sumber belajar yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan (learning resources by utilization), yaitu sumber belajar yang tidak secara khusus dirancang untuk keperluan pembelajaran, namun dapat ditemukan, dipilih dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Contohnya : pejabat pemerintah, tenaga ahli, pemuka agama, olahragawan, kebun binatang, waduk museum, film, sawah, terminal, surat kabar, siaran televisi, dan masih banyak lagi yang lain.
Oleh karena setiap anak merupakan individu yang unik (berbeda satu sama lain), maka sedapat mungkin guru memberikan perlakuan yang sesuai dengan karakteristik masing-masing siswa. Dengan begitu maka diharapkan kegiatan mengajar benar-benar membuahkan kegiatan belajar pada diri setiap siswa. Hal ini dapat dilakukan kalau guru berusaha menggunakan berbagai sumber belajar secara bervariasi dan memeberikan kesempatan sebanyak mungkin kepada siswa untuk berinteraksi dengan sumber-sumber belajar yang ada.
1. Pengertian Media Pembelajaran
Istilah media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari “medium” yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Makna umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi. Istilah media ini sangat populer dalam bidang komunikasi. Proses belajar mengajar pada dasarnya juga merupakan proses komunikasi, sehingga media yang digunakan dalam pembelajaran disebut media pembelajaran.
Banyak ahli yang memberikan batasan tentang media pembelajaran. AECT misalnya, mengatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan. Gagne mengartikan media sebagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar. Senada dengan itu, Briggs mengartikan media sebagai alat untuk memebrikan perangsang bagi siswa agar terjadi proses belajar. bAgaimana hubungan media pembelajaran dengan media pendidikan?
Media pendidikan, tentu saja media yang digunakan dalam proses dan untuk mencapai tujuan pendidikan. Pada hakekatnya media pendidikan juga merupakan media komunikasi, karena proses pendidikan juga merupakan proses komunikasi. Apabila kita bandingkan dengan media pembelajaran, maka media pendidikan sifatnya lebih umum, sebagaimana pengertian pendidikan itu sendiri. Sedangkan media pembelajaran sifatnya lebih mengkhusus, maksudnya media pendidikan secara khusus digunakan untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang telah dirumuskan secara khusus. Tidak semua media pendidikan adalah media pembelajaran, tetapi setiap media pembelajaran pasti termasuk media pendidikan.
Apa pula bedanya dengan alat peraga, alat bantu guru (teaching aids), alat bantu audio visual (AVA), atau alat bantu belajar yang selama ini sering juga kita dengar? Pada dasarnya, semua istilah itu dapat kita masukkan dalam konsep media, karena konsep media merupakan perkembangan lebih lanjut dari konsep-konsep tersebut.
Alat peraga adalah alat (benda) yang digunakan untuk memperagakan fakta, konsep, prinsip atau prosedur tertentu agar tampak lebih nyata/konkrit. Alat bantu adalah alat (benda) yang digunakan oleh guru untuk mempermudah tugas dalam mengajar. Audio-Visual Aids (AVA) mempunyai pengertian dan tujuan yang sama hanya saja penekanannya pada peralatan audio dan visual. Sedangkan alat bantu belajar penekanannya pada pihak yang belajar (pembelajar). Semua istilah tersebut, dapat kita rangkum dalam satu istilah umum yaitu media pembelajaran.
1. Perkembangan Konsepsi Media Pembelajaran
Pada awal sejarah pendidikan, guru merupakan satu-satunya sumber untuk memperoleh pelajaran. Dalam perkembangan selanjutnya, sumber belajar itu kemudian bertambah dengan adanya buku. Pada masa itu kita mengenal tokoh bernama Johan Amos Comenius yang tercatat sebagai orang pertama yang menulis buku bergambar yang ditujukan untuk anak sekolah. Buku tersebut berjudul Orbis Sensualium Pictus (Dunia Tergambar) yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1657. Penulisan buku itu dilandasi oleh suatu konsep dasar bahwa tak ada sesuatu dalam akal pikiran manusia, tanpa terlebih dahulu melalui penginderaan.
Dari sinilah para pendidik mulai menyadari perlunya sarana belajar yang dapat memberikan rangsangan dan pengalaman belajar secara menyeluruh bagi siswa melalui semua indera, terutama indera pandang-dengar.
Kalau kita amati lebih cermat lagi, pada mulanya media pembelajaran hanyalah dianggap sebagai alat untuk membantu guru dalam kegiatan mengajar (teaching aids). Alat bantu mengajar yang mula-mula digunakan adalah alat bantu visual seperti gambar, model, grafis atau benda nyata lain. Alat-alat bantu itu dimaksudkan untuk memberikan pengalaman lebih konkrit, memotivasi serta mempertinggi daya serap dan daya ingat siswa dalam belajar.
Sekitar pertengahan abad 20 usaha pemanfaatan alat visual mulai dilengkapi dengan peralatan audio, maka lahirlah peralatan audio visual pembelajaran. Usaha-usaha untuk membuat pelajaran abstrak menjadi lebih konkrit terus dilakukan. Dalam usaha itu, Edgar Dale membuat klasifikasi 11 tingkatan pengalaman belajar dari yang paling konkrit sampai yang paling abstrak. Klasifikasi tersebut kemudian dikenal dengan nama “Kerucut Pengalaman” (Cone of Experience) dari Edgar Dale. Ketika itu, para pendidik sangat terpikat dengan kerucut pengalaman itu, sehingga pendapat Dale tersebut banyak dianut dalam pemilihan jenis media yang paliing sesuai untuk memberikan pengalaman belajar tertentu pada siswa.
1. Manfaat Media dalam Pembelajaran
Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Tetapi secara lebih khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci. Kemp dan Dayton (1985) misalnya, mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran yaitu :
1. Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan.
Setiap guru mungkin mempunyai penafsiran yang berbeda-beda terhadap suatu konsep materi pembelajaran tertentu. Dengan bantuan media, penafsiran yang beragam tersebut dapat dihindari sehingga dapat disampaikan kepada siswa secara beragam. Setiap siswa yang melihat atau mendengar uraian suatu materi pelajaran melalui media yang sama, akan menerima informasi yang persis sama seperti yang diterima oleh siswa-siswa lain. Dengan demikian, media juga dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi diantara siswa di manapun berada.
1. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
Dengan berbagai potensi yang dimilikinya,media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan warna, baik secara alami maupun manipulasi. Materi pelajaran yang dikemas melalui program media, akan lebih jelas, lengkap, menarik minat siswa. Dengan media, bahkan materi sajian bisa membangkitkan rasa keingintahuan siswa, merangsang siswa bereaksi baik secara fisik maupun emosional.
1. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
Jika dipilih dan dirancang secara baik, media dapat membantu guru dan siswa melakukan komunikasi dua arah secara aktif selama proses pembeljaran. Tanpa media, seorang guru mungkin akan cenderung berbicara satu arah kepada siswa. Namun dengan media, guru dapat mengatur kelas sehingga bukan hanya guru sendiri yang aktif tetapi juga siswanya.
1. Efisiensi dalam waktu dan tenaga
Keluhan yang selama ini sering kita dengar dari guru adalah selalu kekruangan waktu untuk mencapai target kurikulum. Sering terjadi guru menghabiskan banyak waktu untuk menjelaskan suatu materi pelajaran. Hal ini sebenarnya tidak harus terjadi jika guru dapat memanfaatkan media secara maksimal. Misalnya, tanpa media seorang guru tentu saja akan menghabiskan banyak waktu untuk menjelaskan sistem peredaran darah manusia atau proses terjadinya gerhana matahari. Padahal dengan bantuan media visual, topik ini dengan cepat dan mudah dijelaskan kepada anak.
1. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
Penggunaan media bukan hanya membuat proses pembelajaran lebih efisien, tetapi juga membantu siswa menyerap materi belajar lebih mendalam dan utuh. Bila hanya dengan mendengarkan informasi verbal dari guru saja, siswa mungkin kurang memahami pelajaran secara baik. Tetapi jika hal ini diperkaya dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan atau mengalami sendiri melalui media, maka pemahaman siswa pasti akan lebih baik.
1. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja
Media pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara lebih leluasa, kapanpun dan dimanapun, tanpa tergantung pada keberadaan seorang guru. Program-program pembelajaran audio visual, termasuk program pembelajaran menggunakan komputer, memungkinkan siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara mandiri, tanpa terikat oleh waktu dan tempat. Penggunaan media akan menyadarkan siswa betapa banyak sumber-sumber belajar yang dapat mereka manfaatkan untuk belajar.
1. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar
Dengan media, proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-sumber ilmu pengetahuan. Kebiasaan siswa untuk belajar dari berbagai sumber tersebut, akan bisa menanamkan sikap kepada siswa untuk senantiasa berinisiatif mencari berbagai sumber belajar yang diperlukan.
1. Merubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif
Dengan memanfaatkan media secara baik, seorang guru bukan lagi menjadi satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Seorang guru tidak perlu menjelaskan seluruh materi pelajaran, karena bisa berbagi peran dengan media. Dengan demikian, guru akan lebih banyak memiliki waktu untuk memberi perhatian kepada aspek-aspek edukatif lainnya, seperti membantu kesulitan belajar siswa, pembentukan kepribadian, memotivasi belajar dll.
1. Jenis-Jenis Media dan Karakteristiknya

1. Klasifikasi Media Pembelajaran
Media pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya. Mulai yang paling sederhana dan murah hingga yang media yang canggih dan mahal harganya. Ada media yang dapat dibuat oleh guru sendiri, ada media yang diproduksi pabrik. Ada media yang sudah tersedia di lingkungan yang langsung dapat kita manfaatkan, ada pula media yang secara khusus sengaja dirancang untuk keperluan pembelajaran.
Meskipun media banyak ragamnya, namun kenyataannya tidak banyak jenis media yang biasa digunakan oleh guru di sekolah. Beberapa media yang paling akrab dan hampir semua sekolah memanfaatkan adalah media cetak (buku) dan papan tulis. Selain itu, banyak juga sekolah yang telah memanfaatkan jenis media lain gambar, model dan overhead projektor (OHP) dan obyek-obyek nyata. Sedangkan media lain seperti kaset audio, video, VCD, slide (film bingkai), program pembelajaran komputer masih jarang digunakan meskipun sebenarnya sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar guru. Meskipun demikian, sebagai seorang guru alangkah baiknya anda mengenal beberapa jenis media pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar mendorong kita untuk mengadakan dan memanfaatkan media tersebut dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
Ada berbagai cara dan sudut pandang untuk menggolong-golongkan jenis media. Rudy Bretz (1971), misalnya mengidentifikasi jenis-jenis media berdasarkan tiga unsur pokok, yaitu : suara, visual dan gerak. Berdasarkan tiga unsur tersebut, Bretz mengklasifikasikan media ke dalam tujuh kelompok, yaitu :
1. Media audio
2. Media cetak
3. Media visual diam
4. Media visual gerak
5. Media audio semi gerak
6. Media semi gerak
7. Media audio visual diam
8. Media audio visual gerak

Anderson (1976) mengelompokkan media menjadi 10 golongan sebagai berikut :

No. Golongan Media Contoh dalam Pembelajaran
I Audio Kaset audio, siaran radio, CD, telepon
II Cetak Buku pelajaran, modul, brosur, leaflet, gambar
III Audio – cetak Kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis
IV Proyeksi visual diam Overhead transparansi (OHT), film bingkai (slide)
V Proyeksi audio visual diam Film bingkai (slide) bersuara
VI Visual gerak Film bisu
VII Audio visual gerak, film gerak bersuara, video/VCD, televisi
VIII Obyek fisik Benda nyata, model, spesimen
IX Manusia dan lingkungan Guru, pustakawan, laboran
X Komputer CAI (pembelajaran berbantuan komputer)
CBI (pembelajaran berbasis komputer)
Sementara itu, dari sekian banyak jenis media yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran, Henich dkk (1996) membuat klasifikasi media yang lebih sederhana sbb :
1. Media yang tidak diproyeksikan
2. Media yang diproyeksikan
3. Media audio
4. Media video
5. Media berbasis komputer dan
6. Multi media kit
1. Karakteristik Media
Setiap jenis media, mempunyai karakteristik (kekhasan) tertentu, yang berbeda-beda satu sama lain. Masing-masing media tentu memiliki kelebihan dan kelemahan. Tidak semua jenis media yang disebutkan di atas akan dibahas di sini. Untuk mempermudah pembahasan, kita akan menggunakan pengelompokan media seperti yang dikemukakan oleh Heinich. Namun karena pertimbangan praktis, maka jenis media yang akan dibahas di sini hanya dipilih beberapa media yang biasa digunakan dalam pembelajaran.
1. Media yang tidak diproyeksikan
Kelompok media ini sering disebut sebagai media pameran (displayed media). Jenis media yang tidak diproyeksikan antara lain : realia, model, dan grafis. Ketiga jenis media ini dapat dikategorikan sebagai media sederhana yang penyajiannya tidak memerlukan tenaga listrik. Walaupun demikian media ini sangat penting bagi siswa karena mampu menciptakan kegiatan pembelajaran menjadi lebih hidup dan lebih menarik.
1. Media Realita
Media realia adalah benda nyata yang digunakan sebagai bahan atau sumber belajar. Pemanfaatan media realia tidak harus dihadirkan secara nyata dalam ruang kelas, melainkan dapat juga dengan cara mengajak siswa melihat langsung (observasi) benda nyata tersebut ke lokasinya. Realia dapat digunakan dalam kegiatan belajar dalam bentuk sebagaimana adanya tidak perlu dimodifikasi, tidak ada pengubahan kecualia dipindahkan dari kondisi lingkungan aslinya. Ciri media realia yang asli adalah benda yang masih dalam keadaan utuh, dapat dioperasikan, hidup, dalam ukuran yang sebenarnya dan dapat dikenali sebagai wujud aslinya.
Media realia sangat bermanfaat terutama bagi siswa yang tidak memiliki pengalaman terhadap benda tertentu. Misalnya untuk mempelajari binatang langka, siswa diajak melihat badak yang ada di kebun binatang.
1. Model
Model diartikan sebagai benda tiruan dalam wujud tiga dimensi yang merupakan representasi atau pengganti dari benda yang sesungguhnya. Penggunaan model sebagai media dalam pembelajaran dimaksudkan untuk mengatasi kendala tertentu untuk pengadaan realia. Model suatu benda dapat dibuat dengan ukuran yang lebih besar, lebih kecil atau sama dengan benda sesungguhnya. Model juga bisa dibuat dalam wujud yang lengkap seperti aslinya, bisa juga lebih disederhanakan hanya menampilkan bagian/ciri yang penting. Contoh model seperti: Candi Borobudur, pesawat terbang atau tugu monas yang dibuat dalam bentuk mini.
1. Media Grafis
Grafis tergolong jenis media visual, yang menyalurkan pesan lewat symbol-simbol visual. Grafis juga berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas sajian pelajaran, dan mengilustrasikan suatu fakta atau konsep yang mudah terlupakan jika hanya dijelaskan melalui penjelasan verbal saja. Banyak konsep yang justru lebih mudah dijelaskan melalui gambar daripada menggunakan kata verbal. Ingat ungkapan “satu gambar berbicara seribu kata”.
1. Gambar/Foto
Gambar atau foto adalah media yang paling umum dipakai dalam pembelajaran. Gambar dan foto sifatnya universal, mudah dimengerti, dan tidak terikat oleh keterbatasan bahasa. Beberapa kelebihan media gambar/foto antara lain :
• Sifatnya konkrit
• Dapat mengatasi batasan ruang, waktu dan indera
• Harganya relatif murah serta mudah dibuat dan digunakan dalam pembelajaran di kelas.
Selain kelebihan, gambar / foto juga memiliki kelemahan, antara lain :
• Hanya menekankan persepsi indera mata, ukurannya terbatas hanya dapat terlihat oleh sekelompok siswa.
• Jika gambar terlalu kompleks, kurang efektif untuk tujuan pembelajaran tertentu.
Agar lebih bermanfaat dalam pembelajaran, maka gambar/foto hendaknya memenuhi persyaratan berikut :
• Otentik, artinya dapat menggambarkan obyek/peristiwa seperti jika siswa melihat langsung
• Sederhana, harus menunjukkan dengan jelas bagian-bagian pokok dari gambar tersebut
• Ukurannya proporsional, sehingga siswa mudah membayangkan ukuran sesungguhnya benda/obyek yang digambar. Caranya, antara lain dengan menjajarkan gambar/foto tersebut dengan benda lain yang sudah dikenal siswa.
• Memadukan antara keindahan dengan kesesuaiannya untuk mencapai tujuan pembelajaran.
1. Sketsa
Sketsa adalah gambar yang sederhana atau draft kasar yang melukiskan bagian-bagian pokoknya tanpa detail. Selain dapat menarik perhatian siswa, sketsa dapat menghindarkan verbalisme dan memperjelas pesan. Sketsa dapat dibuat langsung oleh guru, karena itu harganya pasti murah (bahkan bisa tanpa biaya). Satu-satunya hambatan yang sering dikemukakan adalah : guru tidak bisa menggambar. Padahal setiap orang pasti memiliki kemampuan dasar menggambar, dan itu sudah cukup sebagai modal membuat sketsa untuk memperjelas sajian kita.
1. Diagram/Skema
Diagram/skema merupakan suatu gambar sederhana yang menggunakan garis-garis dan symbol-simbol. Diagram menggambarkan struktur dari obyek tertentu secara garis besar. Diagram menunjukkan hubungan yang ada antara komponennya atau sifat-sifat proses yang ada di situ. Isi diagram pada umumnya berupa petunjuk untuk memahami komponen dan mekanisme kerja suatu peralatan tertentu.
Diagram yang baik haruslah :
• Benar datanya, digambar rapi, diberi judul dan penjelasan seperlunya
• Ukurannya cukup dan dapat dilihat oleh siswa dalam jumlah yang diinginkan
• Penyusunannya disesuaikan dengan pola membaca yang umum (dari kiri ke kanan).
1. Bagan/Chart
Fungsi bagan yang pokok adalah menyajikan ide-ide atau konsep yang sulit sehingga lebih mudah dicerna siswa. Bagan mampu memberikan ringkasan butir-butir penting dari suatu penyajian. Dalam bagan sering dijumpai bentuk grafis yang lain seperti gambar, diagram, kartun atau lambang verbal. Agar menjadi yang baik, bagan hendaknya dibuat secara sederhana, lugas, tidak berbelit-belit dan up to date.
1. Grafik
Grafik merupakan gambar sederhana yang menggunakan grafis, titik, simbol verbal atau bentuk tertentu yang menggambarkan data kuantitatif. Grafik digunakan untuk menjelaskan perkembangan atau perbandingan suatu obyek yang saling berhubungan. Grafik biasanya disusun berdasarkan prinsip matematika dan menggunakan data komparatif. Ada beberapa bentuk grafik, antara lain; grafik garis, grafik batang, grafik lingkaran dan grafik gambar.
Beberapa kelebihan grafik dalam pembelajaran :
• Memungkinkan kita mengadakan analisis, penafsiran dan perbandingan antara data-data yang disajikan, baik dalam hal ukuran, jumlah, pertumbuhan maupun arah tertentu.
• Bermanfaat untuk mempelajari hubungan kuantitatif antar beberapa data.
• Penyajian pesannya cepat, jelas, menarik ringkas dan logis. Semakin rumit data yang akan disajikan, semakin efektif disajikan melalui grafik.
Grafik yang baik haruslah :
• Jelas untuk dilihat dan dibaca siswa
• Setiap grafik sebaiknya hanya menyajikan satu ide/pokok masalah
• Dibuat secara ringkas dan diberikan judul
• Sederhana, menarik, teliti dan mampu “berbicara sendiri” (begitu siswa membaca, langsung mengerti maksudnya).
1. Media Proyeksi
1. Transparansi OHP
Berbeda dengan media-media visual terdahulu yang tidak memerlukan alat penyaji, transparansi OHP visualnya diproyeksikan ke layar menggunakan proyektor. Media ini terdiri dari dua perangkat, yaitu perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware). Perangkat lunaknya berupa transparansi yang disebut OHT (overhead transparancy). Sedangkan perangkat lunaknya adalah OHP (overhead projector).
Beberapa kelebihan media transparansi adalah :
• Tidak memerlukan ruangan gelap, sehingga aktivitas belajar siswa dapat berjalan seperti biasa.
• Praktis, dapat dipergunakan untuk semua ukuran kelas dan ruangan, dan bisa disajikan tanpa layar khusus (langsung ke dinding kelas).
• Memberi kemungkinan siswa mencatat informasi yang ditayangkan.
• Bisa disajikan dengan berbagai variasi yang menarik sehingga tidak membosankan.
• Transparansi dapat dicopy dan dibagikan kepada siswa sebagai hand out.
• Dapat dipakai guru sebagai pointer (pokok-pokok materi) mengajar
• Dapat dipakai berulang-ulang.
• Guru dapat mengatur, mengurutkan dan merevisi materi yang akan disajikan. Guru juga bebas mengatur waktu, kecepatan dan teknik penyajiannya.
• Mudah pembuatannya, tulisan dapat dihapus, ditambah atau dikurangi serta mudah pengoperasiannya.
• Visual yang disajikan jauh lebih menarik dibandingkan kalau hanya digambar di papan tulis.
• Guru dapat bertatap muka (tidak perlu membelakangi siswa) sambil menggunakan OHP.
• Lebih bersih dan sehat jika dibandingkan dengan menggunakan kapur dan papan tulis.
Meskipun banyak kelebihannya, media ini juga memiliki kelemahan yang perlu diperhatikan, yaitu :
• Tergantung pada adanya aliran listrik
• Urutan penyajiannya mudah kacau jika sebelumnya tidak dipersiapkan secara sistematis
• Bagi sekolah-sekolah tertentu, pengadaan peralatannya masih dirasakan mahal.
• Bila rusak, misalnya putus lampunya, suku cadangnya sulit diperoleh, khususnya untuk sekolah yang jauh dari kota besar.
• Untuk jenis OHP tertentu, tidak mudah dibawa ke mana-mana.
Oleh karena media OHP ini sudah banyak dimiliki dan digunakan oleh banyak sekolah, maka pemanfaatan media ini akan dibahas lebih lanjut pada bagian akhir modul ini.

1. Film bingkai slide
Film bingkai adalah suatu film transparan yang umumnya berukuran 35 mm dan diberi bingkai ukuran 2 x 2 inci. Dalam satu paket program film bingkai berisi beberapa bingkai film yang terpisah satu sama lain. Sebagai suatu program, maka durasi (lama putar) film bingkai sangat bervariasi, tergantung jumlah bingkai filmnya. Waktu yang diperlukan untuk menayangkan setiap bingkai juga bervariasi. Film bingkai ada juga yang dilengkapi dengan peralatan audio, sehingga selain gambar, juga bisa menyajikan suara. Film bingkai yang dilengkapi dengan audio dinamakan film bingkai suara atau slide suara.
1. Media audio
Media audio yang dibahas di sini khusus kaset audio, karena media inilah yang paling sering digunakan di sekolah.
Program kaset audio termasuk media yang sudah memasyarakat hingga ke pelosok pedesaan.
Beberapa kelebihan program audio adalah :
• Materi pelajaran yang sudah terekam tak akan berubah, jika diperlukan bisa digandakan berkali-kali sesuai jumlah yang dibutuhkan.
• Untuk jumlah sasaran yang banyak, biaya produksi dan penggandaannya relatif murah.
• Peralatan penyajian (tape recorder) juga termasuk murah dibandingkan dengan peralatan audio visual lainnya.
• Program kaset audio dapat menyajikan kegiatan, materi pelajaran dan sumber belajar yang berasal dari luas kelas/sekolah seperti: hasil wawancara, rekaman peristiwa, dokumentasi dll, sehingga dapat memperkaya pengalaman belajar siswa.
• Program audio sangat cocok untuk menyajikan materi pelajaran yang bersifat auditif, seperti pelajaran bahasa asing dan seni suara.
• Program audio mampu menciptakan suasana yang imajinatif dan membangkitkan sentuhan emosional bagi siswa. Dalam pelajaran sejarah misalnya, kita tidak mungkin memperoleh suara asli patih gajahmada. Melalui program audio, secara imajinatif kita bisa menghadirkan suara tokoh gajah mada yang gagah berani dan patriotik.
Adapun kelemahannya adalah :
• Daya jangkauannya terbatas, tidak bisa didengarkan secara masal (kecuali disiarkan melalui radio).
• Jika jumlah sasarannya sedikit dan hanya sekali pakai, maka biaya produksi menjadi mahal.
• Cenderung verbalistik karena semua informasi hanya disajikan melalui suara, sehingga sulit dipergunakan untuk menyajikan materi yang bersifat sangat teknis, praktek dan eksak.
1. Media video
Media video merupakan salah satu jenis media audio visual. Jenis media audio visual lain misalnya film. Tetapi yang akan dibicarakan di sini hanyalah media video, karena media inilah yang sudah banyak dikembangkan untuk keperluan pembelajaran. Sebagian besar fungsi film sudah bisa digantikan oleh media video. Biaya produksi dan perawatan video juga lebih murah dibanding film. Pengoperasiannya juga jauh lebih praktis. Sehingga tak herak bila media video saat ini lebih populer dan diminati dibanding media film.
Sekarang, media ini biasanya dikemas dalam bentuk VCD (video compact disc). Beberapa tahun lalu, media ini masih dianggap terlalu mahal untuk digunakan di sekolah. Tetapi saat ini harganya sudah terjangkau oleh masyarakat hingga ke lapisan bawah.
Meskipun demikian, akhir-akhir ini kehebatan program video masih terkalahkan oleh program pembelajaran berbantuan komputer. Selain mampu menampilkan teks, gerak, suara dan gambar, komputer juga dapat digunakan secara interaktif, bukan hanya searah. Bahkan komputer yang disambung dengan internet dapat memberikan keleluasaan belajar menembus ruang dan waktu. Oleh karena itu media komputer dapat dimasukkan dalam kelompok multi-media.

1. Pemilihan dan Pemanfaatan Media
1. Pemilihan Media
Anda telah mengenal beberapa jenis media yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Kelebihan dan kelemahan setiap jenis media juga telah anda pelajari. Semua pembahasan tentang jenis-jenis media tersebut, akan membantu anda dalam pemlihan jenis media yang paling tepat untuk kegiatan pembelajaran. Sebelum kita gunakan, media harus kita pilih secara cermat. Memilih media yang terbaik untuk tujuan pembelajaran bukanlah pekerjaan yang mudah. Pemilihan itu rumit dan sulit, karena harus mempertimbangkan berbagai faktor.

1.
1.
1. Model Pemilihan Media
Anderson (1976) mengemukakan adanya dua pendekatan/model dalam proses pemilihan media pembelajaran, yaitu : model pemilihan tertutup dan model pemilihan terbuka.
Pemilihan tertutup terjadi apabila alternatif media telah ditentukan “dari atas” (misalnya oleh Dinas Pendidikan), sehingga mau tidak mau jenis media itulah yang harus dipakai. Kalau toh kita memilih, maka yang kita lakukan lebih banyak ke arah pemilihan topik/pokok bahasan mana yang cocok untuk dimediakan pada jenis media tertentu. Misalnya saja, telah ditetapkan bahwa media yang digunakan adalah media audio. Dalam situasi demikian, bukanlah mempertanyakan mengapa media audio yang digunakan, dan bukan media lain? Jadi yang harus kita lakukan adalah memilih topic-topik apa saja yang tepat untuk disajikan melalui media audio.
Model pemilihan terbuka merupakan kebalikan dari pemilihan tertutup. Artinya, kita masih bebas memilih jenis media apa saja yang sesuai dengan kebutuhan kita. Alternatif media masih terbuka luas. Proses pemilihan terbuka lebih luwes sifatnya karena benar-benar kita sesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi yang ada. Namun proses pemilihan terbuka ini menuntut kemampuan dan keterampilan guru untuk melakukan proses pemilihan.
1.
1.
1. Mengapa perlu Pemilihan Media?
Media pada hakekatnya merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran. Sebagai komponen, media hendaknya merupakan bagian integral dan harus sesuai dengan peroses pembelajaran secara menyeluruh. Ujunga akhir pembelajaran, sehingga memungkinkan siswa dapat berintegrasi dengan media yang kita pilih.
1.
1.
1. Kriteria Pemilihan Media
Memilih media yang hendaknya tidak dilakukan sembarangan, melainkan didasarkan atas kriteria tertentu. Kesalahan pada saat pemilihan, baik pemilihan jenis media maupun pemilihan topik yang dimediakan, akan membawa akibat panjang yang tidak inginkan di kemudian hari. Secara umum, kriteria yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan media pembelajaran diuraikan secara umum.
1. Tujuan
Apa tujuan pembelajaran (TPU dan TPK) yang ingin dicapai? Apakah tujuan itu masuk kawasan kognitif, efektif, psikhomotor atau kombinasinya? Jenis rangsangan indera apa yang ditekankan: apakah penglihatan, pendengaran, atau kombinasinya? Jika visual, apakah perlu gerakan atau cukup visual diam? Jawaban atas pertanyaan itu akan mengarahkan kita pada jenis media tertentu, apakah media realia, audio, visual diam, visual gerak, dan seterusnya.
1. Sasaran didik
Siapakah sasaran didik yang akan menggunakan media? bagaimana karakeristik mereka, berapa jumlahnya, bagaimana latar belakang sosialnya, apakah ada yang berkelainan, bagaimana motivasi dan minat belajarnya? dan seterusnya. Karena itu media harus sesuai dengan kondisi mereka.
1. Karakteristik media yang bersangkutan
Bagaimana karakteristik media tersebut? Apa kelebihan dan kelemahannya, sesuaikan media yang akan kita pilih itu dengan tujuan yang akan dicapai? Kita tidak akan dapat memilih media dengan baik jika kita tidak mengenal dengan baik karakteristik masing-masing media.

1. Waktu
Yang dimaksud waktu disini adalah berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengadakan atau membuat media yang akan kita pilih, serta berapa lama waktu yang tersedia atau yang kita memiliki.
1. Biaya
Faktor biaya juga merupakan pertanyaan penentu dalam memilih media. Bukankah penggunaan media pada dasarnmya dimaksudkan untuk meningkatkan efesiensi dan efektivitas pembelajaran. Apakah artinya menggunakan media, jika akibatnya justru pemborosan.
1. Ketersediaan
Kemudahan dalam memperoleh media juga menjadi pertimbangan kita. Adakah media yang kita butuhkan itu di sekitar kita, di sekolah atau dipasaran? Kalau kita harus membuatnya sendiri, adakah kemampuan, wkatu tenaga dan sarana untuk membuatnya? Tersediakah sarana yang diperlukan untuk menyajikan di kelas? Misalnya, untuk menjelaskan tentang proses terjadinya gerhana matahari memang lebih efektif disajikan melalui media video. Namun karena di sekolah tidak ada aliran listrik atau tidak punya video player, maka sudah cukup bila digunakan alat peraga gerhana matahari.
1. Konteks penggunaan
Konteks penggunaan maksudnya adalah dalam kondisi dan strategi bagaimana media tersebut akan digunakan. Misalnya apakah untuk belajar individual, kelompok kecil, kelompok besar atau masal.
1. Mutu Teknis
Kriteria ini terutama untuk memilih/membeli media siap pakai yang telah ada, misalnya program audio, video, garafis atau media cetak lain. Bagaimana mutu teknis media tersebut, apakah visualnya jelas, menarik dan cocok? Apakah suaranya jelas dan enak didengar? Jangan sampai hanya karena keinginan kita untuk menggunakan media saja, lantas media yang kurang bermutu kita paksakan penggunaannya.
1. Prinsip-prinsip Pemanfaatan Media
Setelah kita menentukan pilihan media yang akan kita gunakan, maka pada akhirnya kita dituntut untuk dapat memanfaatkannya dalam proses pembelajaran. Media yang baik, belum tentu menjamin keberhasilan belajar siswa jika kita tidak menggunakannya dengan baik. Untuk itu, media yang telah kita pilih dengan tatap harus dapat kita manfaatkan dengan baik sesuai dengan prinsip-prinsip pemanfaatan media.
Ada beberapa prinsip umum yang perlu kita perhatikan dalam pemanfaatan media pembelajaran, yaitu :
• Setiap jenis media, memiliki kelebihan dan kelemahan. Tidak ada satu jenis media yang cocok untuk semua segala macam proses belajar dan dapat mencapai semua tujuan belajar.
• Penggunaan beberapa macam media secara bervariasi memang perlu. Namun harap diingat, bahwa penggunaan media yang terlalu banyak sekaligus dalam suatu kegiatan pembelajaran, justru akan membingungkan siswa kita terheran-heran pasif.
• Sebelum media harus dapat memerlukan siswa secara aktif. Lebih baik menggunakan media yang sederhana yang dapat mengaktifkan seluruh siswa daripada media canggih namun justru membuat siswa kita terheran-heran pasif.
• Sebelum media digunakan harus direncanakan secara matang dalam penyusunan rencana pelajaran. Tentukan bagian mana saja yang akan kita sajikan dengan bantuan media. Rencanakan bagaimana strategi dan teknik penggunaannya.
• Hindari penggunaan media yang hanya dimaksudkan sebagai selingan atau sekedar pengisi waktu kosong saja.
• Harus senantiasa dilakukan persiapan yang cukup sebelum penggunaan media. Kurangnya persiapan bukan saja membuat proses kegiatan belajar mengajar tidak efektif dan efesien, tetapi justru mengganggu kelancaran proses pembalajaran.
1. Pembuatan dan penyajian Media Transparansi
Sejauh ini, papan tulis dianggap sebagai media yang paling praktis dan murah, sehingga setiap ruang kelas hampir pasti memilikinya. Tetapi papan tulis memiliki berbagai kelemahan misalnya dalam hal keterbatasan jangkauan, kurangnya daya tarik , dan hanya dapat dipakai secara langsung (tidak bisa dipersiapkan sebelumnya). Sementara penggunaan proektor slide atau film, meskipun dipandang dpaat mengatasi kelemahan papan tulis tersebut, namun beayanya mahal dan kurang praktis pengoperasiannya. Penggunaan OHP bisa dianggap sebagai “jalan tengah” antara media tradisional papan tulis dengan media audio visual modern lainnya.
Dibandingkan dengan media pembelajaran modern lainnya (slide, film. Video), OHP merupakan “alat bantu mengajar tatap muka sejati”. Anggapan ini bisa dimaklumi, sebab untuk menggunakan OHP tata letak ruang kelas tetap seperti biasa, guru dapat bertatap muka dengan siswa (tanpa harus membelakangi siswa). Dilain itu, dengan ruang kelas yang perlu gelap, aktivitas siswa dapat berlangsung seperti biasa, dapat saling melihat dan tatap dapat sambi mencatat. Keadaan seperti ini membuat aktivitas belajar tidak terganggu.
1. Perangkat Media Transparansi
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, media transparansi terdiri dari perangkat keras (OHP) dan perangkat lunak (OHT). Untuk mengenal labih jauh, masing-masing perangkat dijelaskan secara singkat sebagai berikut.
1. Overhead Proyektor (OHP)
Dalam kelompok peralatan proyeksi, OHP merupakan peralatan yang paling sederhana. Peralatan OHP hanya menggunakan sistem optik (lensa-lensa) dan elektronik (kipas pendingin dan lampu proyektor). Ada beberapa model atau bentuk OHP, tetapi pada dasarnya memiliki prinsip kerja yang sama. Perbedaaannya adalah beberapa fasilitas tambahan dan variasinya. Bentuk OHP yang biasa dipakai di sekolah pada umumnya seperti pada gambar berikut :
1. Overhead Transparancy (OHT)
OHT sering disebut transparancy film atau transparansi. Terbuat dari bahan plastik tembus cahaya sehingga visual dan proyeksikan. Lembaran plastik biasanya berukura 26,5 x 21 cm.
1. Terknik Pembuatan Media Tranparansi
Ada dua cara yang dapat Anda lakukan untuk menghasilkan trans[paransi, yaitu :
1. Dengan cara mengambil dari bahan cetak dengan teknik tertentu, antara lain :
• Mencetak dengan bantuan komputer, baik dengan full color (berwarna) mamupun mono colour (hitam). Hal ini bisa menggunakan plotter maupun laser/inkjet printer.
• Membuat gambar/tulisan dalam selembar kertas atau mengambil dari buku, lalu difoto-copy dalam plastik transparansi khusus.
• Melalui proses fotografi yang cetak dalam film transparansi, dan masih ada cara-cara lain.
1. Membuat sendiri secara manual
Cara ini dapat dilakukan sendiri oleh guru dengan cepat, sederhana dan murah. Secara singkat, teknik pembuatannya dijelaskan sebagai berikut :
• Siapkan bahan dan peralatan yang diperlukan yaitu : plastik transparansi (sesuai kualitas yang dikehenndaki), OHT pen (marker pen) atau spidol permanen, minyak penghapus (eceton), kapas dan alat bantu tulis lain yang diperlukan. Bila diperlukan sediakan pula bingkai OHT.
• Siapkan draft yang akan di transparansikan dengan pensil pada kertas, lalu dijiplak kedalam transparansi.
• OHT dapat dibuat dalam beberapa bentuk dan teknik sajian, misalnya : bentuk tunggal, tumpang tindih (everlay), bentuk masking (bisa di buka tutup), bentuk billboarding( diberikan lapisan transparansi berwarna ).
Selain itu dalam membuat rancangan visual dalam transparansi, perlu juga diperhatikan beberapa tips berikut :
• Gunakan huruf dengan ukuran minimal 0,6 Cm.
• Luas bidang transparansi yang ditulisi jangan melebihi ukuran 18 x 22 cm.
• Sebaiknya dalam satu lembar transparansi tidak lebih dari enam baris tulisan. Setiap baris maksimal berisi enam kata.
• Dalam satu lembar transparansi usahakan hanya berisi satu topik permasalahan. Setiap transparansi agar diberi judul. Jika satu lembar transparansi belum cukup untuk menuangkan satu topik tertentu, bisa disambung pada transparansi yang lain dengan diberi judul yang sama.
• Bila transparansi diberi bingkai, maka pada ruang bingkai dapat diberi catatan kecil yang dianggap perlu.
• Lembar transparansi sebaiknya tidak hanya berisi tulisan, tetapi dikombinasikan dengan gambar, bagan, grafik, foto, skema atau simbul-simbul visual lain, agar lebih menarik
• Agar tayangan lebih menarik, gunakan variasi warna dan bentuk huruf. Namun pemakaian warna jangan berlebihan.
1. Teknik menyajikan transparansi OHP
Untuk dapat menyajikan media transparansi dengan baik, ada baiknya Anda perhatikan saran-saran berikut :
• Susunlah semua transparan yang akan Anda sajikan dengan rapi. Untuk memudahkan urutan sajian, sebaiknya setiap lembar transparan diberi nomor urut.
• Letakkan transparan terlebih dahulu diatas OHP dengan baik, kemudian baru nyalakan lampunya
• Periksa arah cahaya, apakah posisi tayangan sudah tepat pada laya.
• Aturlah letak posisi transparansi dan ketetapan fokusnya sehingga memperoleh hasil visual yang baik.
• Penerangan dalam ruangan tetap seperti biasa (kecuali jka ada cahaya kuat yang masuk ke ruang).
• Gambar/tulisan yang tertayang pada layar harus dapat terlihat dengan mudah oleh seluruh siswa.
• Selama penyajian, tetaplah menghadap kearah siswa
• Jangan menunjuk-nunjuk tulisan/gambar yang ada di layar, tetapi tunjuklah tulisan/gambar pada tranparan pada di OHP
• Tujukkan bagian materi yang sedang Anda bicarakan. Sebaiknya tidak menunjuk tulisan memakai jari, tetapi gunakan alat tunjuk, misalnya pensil yang runcing.
• Jika dianggap perlu, tutuplah sebagian permukaan transparan menggunakan kertas, kemudian dibuka berangsur-angsur sesuai materi yang dijelaskan.
• Bila diperlukan, anda bisa menulis pada transparansi untuk memperjelas sajian, atau menambahkan penjelasan yang baru saja anda ingat.
• Segera matikan OHP jika tayangan tidak diperlukan lagi.
• Simpanlah lembar-lembar transparans ke dalam map. Setiap lembar sebaiknya dilapisi selembar kertas untuk memisahkan dengan lembar lainnya.
BAB III
PENUTUP
1. Rangkuman
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut bahwa sebagai bagian dari sumber belajar, media harus dapat kita manfaatkan secara maksimal untuk membantu siswa mencapai tujuan belajarnya. Pemanfaatan media pada dasarnya bertujuan untuk membantu siswa agar kegiatan pembelajaran lebih efektif dan efisien dalam hal tenaga, waktu dan biaya. Media pembelajaran bukan sekedar berfungsi sebagai alat bantu mengajar, melainkan media itu sendiri juga dapat memerankan fungsi sebagai penyampaian pesan belajar. Dengan begitu tidak semua informasi pelajaran harus disajikan oleh guru. Guru bukanlah manusia super yang serba tahu tentang segala informasi, olehnya itu sebagai pengajar, guru membutuhkan bantuan media. Biarkanlah media membantu menerangkan sebagai tugas kita untuk menyajikan informasi belajar. Dengan begitu, para guru akan lebih banyak memiliki waktu untuk melakukan peran lain yang tak kalah pentingnya.

Tinggalkan komentar